Saturday, 16 November 2013

Transjakarta di Mata Dimz4699

Ok, karena sejak bulan Juni 2013 ini saya menjadi pelanggan dari bus TransJakarta atau yang lebih dikenal Busway, oleh karena itu pada ulasan kali ini saya akan membahas pengalaman tersebut. 

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/6/68/Bus_Gandeng_Komodo.jpg

Transjakarta Busway adalah moda transportasi umum yang ada di Jakarta yang terinspirasi dari Transmilenio yang berada di Bogota, Kolombia. Beroperasi sejak masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso (2004) yang saat itu koridor pertama melayani rute Blok-M - Kota dan hingga kini telah melayani hampir seluruh rute utama di Jakarta.
Menurut pandangan saya Bus Transjakarta adalah solusi ampuh mengingat kepadatan jalan yang ada di Jakarta sudah membuat pusing dan lelah karena macet. Saya adalah pengguna koridor 6 (paling sering) dan koridor 1 (jarang). dari sisi waktu sudah jelas menggunakan Transjakarta lebih cepat ketimbang kendaraan pribadi, itupun kalau bus cepat tiba dan antrian tidak terlalu padat, selanjutnya tenaga, kita ga harus buang-buang tenaga untuk berkendara, akhirnya sampai tempat tujuan ga kucel-kucel amat. Terakhir yaitu biaya, dengan Rp 3.500 kita sudah bisa keliling Jakarta asal tidak keluar dari gerbang halte, . Efisisen lah kalau menurut saya, dengan menggunakan Transjakarta kita sudah bisa mendapatkan kelebihan tersebut.

Berbicara kelebihan pasti ada kekurangan, ya benar. Bus Transjakarta masih memiliki berbagai kekurangan. Saya mulai dari Bus terlebih dahulu, Bus yang ada saat ini sangat kurang mengingat jumlah pengguna (terutama jam kerja) yang padat, hal ini perlu segera diatasi sebelum para pengguna berfikir dua kali untuk naik Bus Transjakarta, selain itu beberapa bus juga terlihat sudah reyot seperti tidak terawat (koridor 6) ini mungkin agak mengganggu kenyaman pengguna. Selanjutnya halte, beberapa halte yang ada saat ini juga masih kurang nyaman karena agak panas dan beberapa terlalu sempit (contoh, Imigrasi dan Mampang) walau tersedia berbagai fasilitas seperti screen informasi, kipas angin, tempat duduk, dan vending machine. Saat menunggu di halte saya berfikir, lebih enak lagi kalau di halte diputarkan musik (mungkin ga penting-penting banget tapi hal tersebut dapat membuat rileks. Fasilitas pendukung juga masih kurang, misal di Ragunan, lahan parkir yang ada itu kurang luas. Kadang saya batal naik Transjakarta karena parkir penuh.

Segitu saja yang dapat saya ulas, semoa kedepannya bus Transjakarta mampu melayani masyarakat dan jadi primadona utama transportasi umum di Ibu kota ini.

No comments:

Post a Comment